Rabu, 16 Oktober 2013

Pengemis Jalanan

Pengemis Jalanan
Seorang anak sekolah yang akrab dipanggil dengan Cica dan sahabatnya bernama Rio. Setia pulang sekolah Cica dan Rio selalu melewati Jl. Raya Mampang Jakarta. Daerah tersebut adalah daerah yang cukup ramai dan padat. Mulai dari tukang jualan, pengemis, pengamen dan pengguna jalan kaki selalu memadati jalan itu.  Terlebih angkutan umum seperti metromini, kopaja, bajaj dan lainnya kendaraan yang berpolusi tinggi hampir setiap hari membuat macet kota Jakarta. Terkadang disiang hari dengan panas matahari yang terik, membuat keinginan untuk mencari minum-minuman segar. Nah, salah satu tukang dagang didaerah situ, tepatnya disudut bangunan ruko tua dibawah pohon rindang sampingnya,  menjual es teler yang harganya sangat terjangkau, untuk anak sekolah seperti Cica dan Rio. Mungkin hampir setiap hari mereka selalu bersantai ditukang es teler itu. Mereka memanggil tukangnya dengan sebutan “Si Abah”, mungkin karena fisiknya yang agak tua.

Cica dan Rio yang sedang asik bercanda, tiba-tiba ada seorang gadis muda berambut panjang dengan pakaian berantakan dan wajah kusam yang terkesan sangat tidak terurus, merintih kesakitan karena wajahnya yang luka dan meminta sumbangan dengan ucapannya “mba, mas, saya belum makan tiga hari, saya lapar”. Dengan sangat ibanya Cica dan Rio memberikan sebagian sisa uang jajannya. Kembali lagi Cica dan Rio bercerita tentang pengemis gadis muda itu. Cerita belum selesai, kemudian lewatlah seorang pemulung yang sedang asik mencari sisa gelas aqua. Cica menengok kearah Rio sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan berbisik kepada rio “ternyata kita masih lebih beruntung dibanding mereka ya”, Rio pun menjawab “Iya ya cha”.

Suatu senja sore, Cica sedang jalan-jalan di Kota Tua, tidak sengaja bertemu dengan gadis yang mirip seperti pengemis di Jl. Mampang Raya itu. Dia seperti gadis ceria dan sedang berjalan bersama seorang pria. Ahh, tapi tak kuhiraukan itu, mungkin saja itu hanya kebetulan.

Keesokan harinya Cica berceritalah pada sahabatnya Rio, ternyata bukan hanya Cica yang pernah melihatnya seperti itu, Rio juga pernah melihatnya.

Kedua sahabat itu seperti merasa penasaran dengan kejadian yang terasa ganjil. Suatu saat mereka mengikuti pengemis dan pemulung yang suka berkeliaran didaerah Mampang Raya. Sekali, dua kali dan tiga kali mereka tidak berhasil, karena kehilangan jejaknya. Akhirnya mereka putuskan “Ya sudahlah, mungkin memang mereka benar orang yang tidak mampu”.

Tidak sengaja ketika Cica dan Rio keluar dari gerbang sekolah melihat gadis yang mirip dengan pengemis berjalan terburu-buru kearah kampung seberang bantaran kali ciliwung sekolahnya. Dengan sigap Cica dan Rio ikut mengejar gadis itu. Sambil berjalan cepat, gadis tersebut membuka topeng luka yang biasa dipakai untuk mengemis, sambil mengeluarkan telepon genggam dari kantong celananya dan berbicara lantang diteleponya.

Owh, ternyata gadis itu normal dan tidak terlihat seperti kekurangan. Ternyata gadis itu terburu-buru karena pacarnya tertabrak yang sekarang sedang berada di puskesmas.

Lalu kenapa gadis itu mau berprofesi menjadi pengemis?
Selang seminggu ketika sedang Ujian Cica dan Rio tidak pernah membeli es teler di Jl. Mampang Raya Jakarta, disudut bangunan ruko tua.
Suatu ketika, cica bertemu dengan gadis tersebut, dengan alasan mengadakan riset untuk tugas disekolahnya, maka cicapun bertanya banyak hal dengan gadis itu dan terpenting dari pernyataan gadis tersebut adalah “dia lebih senang mengemis, karena sangat mudah untuk melakukannya dan dapat dengan cepat mengumpulkan uang yang banyak”. Terkaget cica mendengar hal tersebut.

Jadi, mulai sekarang janganlah memberi uang kepada pengemis jalanan, karena mereka menjadi asyik dengan profesi yang dijalaninya, sementara itu profesi tersebut dapat membuat orang menjadi malas untuk bekerja yang lebih baik lagi demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Selasa, 01 Oktober 2013

PELANGIKU

PELANGIKU


pelangiku  tiba  kembali . . .
ketika  rintik  hujan  telah  terhenti
setitik  embun  dibalik dedaunan  pun  tersenyum
tersenyum  pula  pada  pelangiku  yang  baru  muncul

pelangiku . . .
tak  kusangka  bagai  lukisan  anggun  menghiasi  angkasa
warna  warni  nan  indah  menawan  dalam  pelangiku
tak  berkedip aku  menatapnya
terpaku  menatap  indah  pelangiku
sungguh  indah  ciptaan-Mu  Tuhanku . . .

inginku  berlari   hingga  kau  sembunyi
rindu  pelangiku  datang  lagi . . .